Home

Pages

Saturday, February 20, 2016

Perempuan Di antara Batu-batu

Aku batu bila kau kira memang itu kerasnya nasib

Lalu batu-batu segera kujadikan tumpukan koral

Hingga bukit batu runtuh bongkah demi bongkah

Dan berakhir di tanganku yang ggemetar pun lemah


Tak kenal takut selain kuhantam tiap batu

Hari demi hari, dari selepas  subuh hingga petang hari

Tak perlu ada senyum terlebih tawa selain tegas

Tekan kuat di telapak tangan, lalu cepat palu empaskan


Dari rumah reyot pojok desa kususuri sempit setapak

Jalan mendaki terjal kugapai dengan kaki satu

Embun kuyup, kabut mengendap, udara menggigilkan

Aku terseok menemui batu-batu, menyayangi dengan palu


Bila kau kira aku tak sekeras batu, akulah si pemecah itu

Maka dermakan seucap doa sehat dan waras untukku

Agar batu-batu tak membalas kelak karena kekejamanku

Aku menghormatinya lebih dari sekadar cerita pilu



Rumah mewah dan jalan mulus itu dari batu-batuku

Berpuluh tahun, tetes keringat dan cucuran darahku

Hanya dapat kupandangi dari jauh dengan saparuh rasa

Gunung batu telah menjelma belantara kota



Dan kelak bila batu-batu rindu pada lembutnya lenganku

Maka kusisakan sebongkah yang tak retak dengan palu

Letakkan saja ia pada gundukan tanah yang menandaiku

Agar ia mampu bercerita siapa dan mengapa harus aku!


Oleh: Sugiyanto Hadi Prayitno
Sumber gambar: di sini
*Kompasiana

Comments
0 Comments