Home

Pages

Saturday, December 19, 2015

Semerah Muda Itukah Ulang Tahunku

Dingin, aku tepat di bawah AC tanpa jaket hangat. Menatap pada jendela kaca dipenuhi tetesan air yang mengikuti gravitasi. Perjalananku hamper usai, aku turun disebuah halte. Namun aku masih harus berjalan kaki menuju sebuah tempat yang masih ¾ asing untukku. 15 menit aku menyusuri trotoar yang mulai tergerogoti pedagang-pedagang rakus.

            Aku tak perlu mengetuk pintu, pintu telah terbuka dengan lebar. Sebagian orang berada di ruang makan, dan ada 2 orang lainnya masih di ruang tamu yang langsung kusapa hangat. Namun mereka seperti tidak menatap dan menjawab sapaanku walapun mereka berdua menjabat tanganku serta menanyakan kabarku. Ahhh… mereka sedang sibuk mempersiapkan suatu hal ternyata. Aku lalui mereka berdua dan menuju ruang makan yang auranya begitu bahagia lengkap dengan berbagai hidangan dan perabot makan istimewa di atas meja. Satu persatu tangan dan jemari ku menjabat dengan hangat, mereka membalasku dengan aura bahagia yang meluap-luap. Bukan karena kedatanganku sepertinya karena aku yakin sebelum aku datang mereka sudah seperti itu.

            Beberapa saat kemudian orang-orang duduk dengan rapi di depan meja hidangan, dengan hiasan balon merah muda di ruangan itu. Berbicara lumayan panjang tentang sebuah kalimat yang diusahakan menyentuh hati. Ini adalah acara ulang tahun!. Aku baru mengetahuinya dari kalimat-kalimat yang mereka keluarkan di meja makan ini. dan tibalah acara mekan malam, sebuah klise mengawali sebuah kejutan. Seorang lelaki keluar dari sebuah ruangan dengan kue dihias lilin angka 19. Setelah itu kami melanjutkan makan malam. Selesai bersantap ada sebuah sesi sekedar memberikan doa. Satu persatu memberikan doa-doa dan harapan terbaiknya termasuk aku, walaupun aku tidak begitu mengenalnya.

            Dan ini yang dinamakan kejutan, sebuah video tentang seorang yang baru menginjak umur 19 tahun. Begitu menyentuh. Namun aku tak bisa berlama-lama ditempat itu. Hingga di tengah suassana mengharukan itu aku pamit untuk bergegas kembali ke rumah.

            Sebenarnya aku melangkah ke temat itu untuk bertemu dengan seorang laki-laki yang begitu membuatku rindu. Aku belum lama mengenalnya, namun begitu Ia begitu total memperhatikanku. Namun aku lihat dia terlalu bahagia dengan suasana ini. hingga mungkin tak menyadari keberadaanku. Dan akhirnya sebuah kursi bamboo mempertemukan kami,. Aku ingin sekali memeluknya, namun dia memberikan sebuah kehangatan lewat tangannya saja. Aku ingin berserita banyak dengannya, namun fikirannya begitu bergejolak dengan acar pertambahan usia seorang gadis manis. Tak apa, mungkin lain kali. Dan langkahku pulang adalah sebuah solusi terbaik untuk tetap melambungkan hatiku.

            Diperjalanan pulang, aku masih memikirkan suasana di tempat tadi. Dan lebih mengerikan membayangkan yang terjadi jika aku tetap berada di tempat itu tanpa sebuah pandangan mata yang layak. Di jendela bus yang kunaiki terlihat kebali tetesan air yang mengikuti gravitasi, gerimis ini menemaniku. Aku menatap setiap tetesannya, seakan aku bercerita tentang kekecewaan hatiku terhadap seorang lelaki yang begitu kurindukan namun yang kutemui tak berbanding membahagiakan suasana hatiku.

            Akhirnya sampai di sebuah gubuk sederhana berwarna putih dengan ornmen oranye. Aku bergegas masuk ke dalam kamar. Berbaring melepas segala rasa resah yang menghantui fikiranku sepanjang jalan tadi. Aku masih berfikir kenapa laki-laki tadi mengacuhkanku, dalam sebuah pesan singkat yang dia kirim untukku kemarin malam menggambarkan betapa rindunya ia padaku. Tapi kenyataan yang kutemui begitu berbeda. Ah… entahlah. Aku mengalihkan perasaan rindu resahku ini pada sebuah cicak yang mendekati lampu kamarku. Mungkin menunggu nyamuk mendekati cahaya lampu. Eh, ternyata tidak… cicak itu sepertinya menunggu pasangannya. Terbukti setelah satu ekor cicak lain datang, cicak pertama itu meninggalkan cahaya lampu dan pergi menjauh bersama pasangan yang baru datang.

            Pagi ini aku membantu Ibuku memasak. Ibu memasak benyak macam makanan, kurasa ini hari spesial, tak pernah ibu memasak makanan sebanyak ini tanpa ada acara spesial. Saat kutanya ibu hanya stersenyum manis. Saat kutanya unutk kedua kalinya Ibu menjawab bahwa hari ini ulang tahunku. Kemudian aku teringat bahwa aku akan merayakan ulang tahunku di tempat yang istimewa. Saat aku bersiap-siap sebuah pesan singkat berisi pertanyaan untuk mengkonfirmasi suatu hal pun aku baca. Kubalas dengan lembut bahwa aku sedang bersiap-siap. Pesan tersebut tidak lain dari laki-laki yang begitu kurindu. Setelah kemarin tidak memberikan sapaan hangat seperti biasa, dia mengirim pesan ini untuk datang di tempat istimewa kemarin.

            Tepat pukul 14.00 WIB aku tiba disana, aku menyiapkan makanan yang kubawa sendiri. Aku berbisik pada hati kecilku, mengapa belum ada yang datang. Aku bertanya pada salah seorang tamanku, dan ternyata mereka memang tidank datang. Di tempat itu hanya ada 6 orang saja. Sungguh berbeda dengan acar peringatan ulang tahun kemarin, begitu meriah dan penuh kebahagiaan. Ini hampir membuatku menangis. Mengingat bahwa ditanggal yang sama seperti hari ini, ibuku sakit dan tak bisa merayakan ulang tahunku. Bahkan untuk berucap selamat ulang tahun pun tak bisa karena ibuku terbaring di ranjang rumah sakit. Aku berfikir apakah aku akan tidak bisa merayakan ulang tahunku kembali tahun ini.

            Akhirnya kufikir tidak apa jika merayakan ulang tahunku ini dengan 6 oran saja, mau bagaimana lagi. Lagi pula tak perlu banyak orang untuk hal ini. aku mencoba tegar kali ini. mungkin laki-laki yang kurindu dapat hadir mengguyur panas hati ini. dia tak kunjung tiba di tempat istimewa ini. hingga akhirnya aku memutuskan membuka acara makan malam ini. dalam pertengahan sebuah klise muncul kembali bedanya ini bertambah klise. Kuepun muncul dari sebuah ruangan. Dan laki-laki yang kurindulah yang membawanya. Dia membuat klise itu menjadi hal yang indah. Namun setelah mengantar kue itu secar tiba-tiba dia duduk tak menyapaku. Dia mengobrol dengan seorang gadis yang kemarin baru saja berulang tahun juga. Ini membutaku tak tahan. Tapi aku harus bertahan di tempat ini dengan suasana menyakitkan.

            Saat kondid mulai tak bisa kuterima lagi karena aku tak diberi pandangan sedikit apapun itu. Bahkan mereka mungkin lupa bahwa aku di sini sedang merayakan ulang tahun. Aku pergi begitu saja dari tempa itu tanpa berpamitan. Cukup tak uusah dirayakan lagi, aku akan mesyukurinya dengan Tuhan. Tiu lebih sangat membahagiakan untukku. Daripada suasana ini, begitu membuatku sakit hati. Bisa kubandingkan satu hari yang lalu mereka merayakan ulang tahun seorang gadis dengan meriah dan penuh kebahagiaan. Sekarang aku hanya diberi tamparan, bahwa aku tidak diharapkan di tengah-tengah mereka. Terbukti juga tak ada salah seorangpun yang mengejarku saat aku pergi secara tiba-tba walaupun aku memang tidak mengharapkanya. Cukup tahun lalu ketika ulang tahunku tiba ibu terbaring sakit, sekarang aku harus melalui suasana ini. tak semerah muda balon yang menjadi dekorasi tempat itu kemarin. Bahkan saat giliranku merayakan ulang tahun tidak ada balon itu di pojok ruangan.

            Sebuah suara mengagetkanku, hingga aku terjatuh dari tempat tidur karena posisiku yang sudah dipingir tempat tidur. Dan akhirnya suara itu mebuatku terguling. Aku terbangun dengan sebuah rasa sakit di badanku. Aku mencoba bangkit dari lantai dingin, mengangkat badanku yang kesakitan. Dan aku menatap jendela, ini sudah terlalu siang untuk seorang gadis. Dan suara mengagetkan itu adalah suara ibuku yang memuncak karena aku tak kunjung bangun. Dan saat aku melihat jam di ponselku ternyata sudah pukul 07.00 aku tak pernah sesiang ini bangun. Saat melihat jam, aku melihat pesan masuk di ponselku. Adalah laki-laki yang kurindukan menyapaku dalam pagi. Memberikan semangatnya lewat kata-kata manis penuh kasih yang seakan melindungiku. “Semangatku”, begitu dia menyapaku. Hemmm… pagi yang manis bersama sinar matahari pagi yang meninggi memperlihatkan kegagahannya. Itu menghilangkan kesal atas mimpi burukku semalam. Sinar mentari sepertinya ikut berubah menjadi merah muda.

Karya: Indah Gn Agustina
*Kompasian

Comments
0 Comments